Senin, 16 Mei 2011

tanpa judul

16 Mei 2011

Hanya tangis yang mewarnaiku hari ini

Tangis karena rasa syukurku kepada ALLAH SWT yang telah meridhoiku untuk lulus ujian madrasah dan ujian nasional

Tangis kekecewaan karena diriku tak mampu mendapatkan nilai sesuai target yang telah ku rencanakan

Tangis karena mereka tak juga merubah sifatnya padaku. Melainkan mereka semakin menjauhiku dengan beribu tanda tanya menggenang di fikiranku. Salah apakah aku?

Tangis karena mereka tetap saja meremehkanku

Tangis karena aku tak yakin akan ada yang akan mengingatku setelah semua ini berakhir seperti aku mengingat mereka dalam memoriku

Tangis karena aku tak tahu pada siapa aku dapat ceritakan semua gundahku

Tangis kerena aku tak yakin akan dapatkan suatu hal yang sama seperti di madrasah tercintaku saat aku berada di luar sana

Minggu, 02 Januari 2011

The Jurnal Heroes


Hai sobat, disini aku mau berbagi sedikit kisah tentang pengalamanku. Pastilah kalian tahu kalau setiap remaja di dunia ini pastilah mempunyai hobi masing-masing. Dan di masa muda inilah kita memiliki semangat juang yang cukup tinggi untuk mengapresiasikannya. Ada yang memiliki hobi membaca yang hampir setiap buku terbitan baru mereka miliki dan ada pula yang memiliki hobi menulis yang hampir setiap harinya mereka meluangkan waktu untuk mengahasilkan sebuah karya. Dan karena persamaan hobi inilah kita dipertemukan.
Kisah ini bermula dari momen Muktamar Ikatan Pelajar Muhammadiyah ke-17 yang diadakan di gedung dakwah Bantul. Dalam momen inilah kami dikumpulan dari berbagai organisasi jurnalistik sekolah dan Lembaga Pers Remaja PD IPM Yogyakarta. Memang pada awalnya kecanggungan terasa pada saat awal kita semua bertemu. Namun, karena seringnya kita mengadakan pertemuan, rasa canggung iu menghilang dengan sendirinya. “Media center IPM", itulah satu nama salah satu devisi panitia muktamar IPM yang mengumpulkan kita saat itu. Perkumpulan ini dibentuk dua bulan sebelum dilaksanakannya Muktamar IPM ke-17 yang juga bertepatan dengan Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiah yang ke-46. Dengan didampingi kakak-kakak Ipmawan dan Ipmawati PP IPM kita diberi berbagai pengarahan tentang media center ini dan supaya kita bisa lebih terkoordinir di lapangan.
Disini kita terdiri dari dua puluh lima orang yang di bagi menjadi beberapa devisi. Diantaranya devisi News Release yang tugasnya mencari berita untuk di upload ke web IPM, News Letter yang diberi tanggung jawab untuk menerbitkan News Letter setiap harinya, Jumpa Pers yang selalu mengadakan pertemuan untuk media luar dan Uploading news yang bertugas mengupload berita setiap harinya. Bisa bayangkan sobat, kebanyakan dari crew kita masih setingkat pelajar SMA, apalagi saat itu kita sedang menghadapi ujian sekolah dan dua minggu sebelum hari H kita harus sudah bisa mengupload paling sedikit lima berita perharinya. Namun tidak ada yang boleh menjadi beban, karena disaat kita bersama semuanya menjadi lebih mudah untuk dilaksanakan.
Pada saat hari H kami harus menghasilkan banyak berita yang harus di upload hari itu juga. Jumpa pers pun harus sibuk dengan menghubungi surat kabar lain yang ingin meliput tentang muktamar IPM. Dan news release harus menerbitkan berita hari sebelumnya yang akan diterbitkan di hari setelahnya. Yah inilah perjuangan yang harus kami jalani setiap harinya, bahkan waktu tidur kami hampir seluruhnya tersita hanya untuk sebuah berita. Dan tujuan kami hanya satu yaitu “sukseskan muktamar IPM ke-17”.
Dan tahukah sobat apa yang paling berkesan saat kita berada di gedung dakwah. Kantor kami yang bisa dikatakan cukup luas dan tidak terlalu mewah untuk dibandingkan dengan kantor media center Aisyiah maupun Muhammadiyah, kebanjiran karena hujan yang terus menerus turun pada hari ke dua kita di gedung dakwah. Banjir yang sangat tak terduga ini membuat kita kalang kabut dan harus memindahkan semua PC computer yang cukup banyak ke ruangan gedung dakwah yang lain.
Oh iya sobat, selama di media center ini kita punya bahasa khas lho. Bisa disebut bahasa suku pedalaman menurutku, karena agak enggak enak dicerna telinga. hhe
Dan sobat, disinilah ku bisa lebih memahami tentang arti pentingnya persahabatan dan kerjasama. Buat mb Ari, makasih udah mau bersabar dalam membimbing kita selama muktamar IPM. Dan buat dua puluh empat anak yang lain, aku salut sama kalian semua. Dan meski kita kini sudah berpisah, namun jangan pernah lupakan kenangan kita saat kita rasakan pahit dan manis bersama. Pesan ku hanya satu, terus kobarkan semangat jurnalis kalian dan tetap berpegang teguh pada tali islam. Dan terimakasih untuk semua jurnalis di dunia ini, karena tanpa jasa kalian kita akan buta dalam menatap dunia. Ganbatte!!