A.
Konsep
Ketuhanan Agama Yahudi
Konsep
ketuhanan agama yahudi secara ketat didasarkan pada Unitarian monoteisme.
Doktrin ini mengekspresikan kepercayaan kepada satu Tuhan. Konsep tuhan yang
mengambil beberapa bentuk (misalnya Trinitas) dianggap bida’ah dalam Judaisme.
Dalam doa secara utuh dalam hal mendefinisikan Tuhan adalah Shema Yisrael,
awalnya muncul di dalam Alkitab Ibrani: "Dengarkan O Israel, Tuhan adalah
Allah kita, Tuhan adalah satu", juga diterjemahkan sebagai "Dengarkan
O Israel, Tuhan kami adalah Allah, Tuhan adalah yang tunggal "
Allah disini
disusun sebagai zat yang kekal, pencipta alam semesta, dan sumber moralitas.
Allah mempunyai kuasa untuk campur tangan di dunia. Istilah Allah sehingga
terkait dengan kenyataan sebenarnya, dan bukan hanya proyeksi dari jiwa
manusia. Allah dijelaskan dalam pengertian seperti: "Ada satu Zat,
sempurna dalam segala cara, yang merupakan penyebab utama dari semua
keberadaan. Semua tergantung pada keberadaan Allah dan semua berasal dari
Allah. "
Namun,
benarkah pengakuannya itu ? Pada kenyataannya umat Yahudi termasuk kaum
musyabbihah, yaitu kaum yang me-nyerupakan Allah dengan makhluk, sebagaimana
tersebut dalam Kitab Taurat pada Kitab Kejadian Fasal I :
“Alloh
berkata : “Kami telah membuat manusia berdasarkan bentuk Kami, seperti serupaan
dari Kami.”
Sehingga apa
saja yang bisa terjadi pada manusia, bisa pula dialami oleh Alloh. Bahkan dalam
keyakinan orang-orang Yahudi, Alloh bisa menga-lami keletihan dan kecapaian
sehingga perlu beristirahat, sebagaimana ter sebut dalam Taurat pada Kitab
Kejadian Fasal II :
“Alloh
menyelesaikan pekerjaan yang Dia kerjakan pada hari yang ke-7, kemudian Di
beristirahat di hari ke-7 dari seluruh pekerjaan yang Dia ker jakan.”
Demikian umat
Yahudi meyakini tentang Allah SWT, yaitu dengan keyakinan model kaum
musyabbihah. Maha Suci dan Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka sifatkan.
Bahkan tidak hanya meyakini keserupaan Alloh dengan makhluk, mereka pun
mensifati Allah ta’ala dengan sifat-sifat yang tidak layak ba-gi Allah, seperti
: kikir, miskin, bisa diperdaya dan lain-lain. Sebagaimana firman Allah SWT :
وَقَالَتِ
الْيَهُودُ يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ
“Orang-orang Yahudi berkata :“Tangan Allah
terbelenggu ( yakni kikir ) ( Qs. Al-Maidah : 64 )
Dalam tafsir
dari ‘Ikrimah, Qotadah, As-Sudi, Mujahid, Adh-Dhohhak, Ibnu ‘Abbas dan
lain-lainnya mengatakan :
“Mereka
tidak memaksudkan dengan perkataan mereka itu bahwa tangan Alloh terikat,
tetapi mereka hendak mengatakan : “Kikir, menahan apa yang ada di sisi-Nya.
Maha tinggi Alloh dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang besar.”
Maka Alloh
pun membantah ucapan mereka dalam firmannya QS. Al-Maidah : 64
“Tangan mereka itu sebenarnya yang
terbelenggu, dan mereka dilaknat atas apa yang mereka telah katakan. Bahkan
kedua tangan-Nya terben-tang, Dia menafkahkan sebagaimana yang Dia kehendaki.”(
Qs. Al-Maidah : 64 )
Dalam ayat
yang lain Alloh berfirman :
لَقَدْ
سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ وَ نَحْنُ
أَغْنِيَاءُ
“Sesungguhnya Alloh telah mendengar
perkataan orang-orang yang me-reka berkata : “Sesungguhnya Alloh itu faqir (
miskin ) dan kami inilah yang kaya.” ( Qs. Ali ‘Imron : 181 )
Berkata Ibnu
Jarir Ath-Thobari : “Ayat ini dan ayat setelahnya turun berkenaan dengan sebagian orang Yahudi yang
ada pada zaman Nabi.
Yaitu mereka mengatakan demikian karena Allah SWT dalam banyak ayat
memerintakan manusia untuk berinfaq. Lalu muncullah anggapan jelek orang-orang
Yahudi yang terkenal kikir, bahwa Allah itu miskin sehingga butuh kepada harta
manusia. Ini adalah alasan yang paling jelek untuk menolak berinfaq, dan lebih
jauh lagi adalah alasan untuk menolak masuk ke dalam agama Islam.
Begitulah
orang-orang Yahudi yang tidak hanya menyamakan Alloh dengan makhluk, tetapi
juga mensifati Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak, bahkan menghina Allah
SWT. Namun pada saat yang sama, mereka mengaku sebagai kekasih Alloh !!!
وَقَالَتِ
الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى نَحْنُ أَبْنَاء اللّهِ وَأَحِبَّاؤُهُ
“Orang-orang Yahudi dan Nashrani berkata
: “Kami adalah anak-anak Alloh dam kekasih-kekasih-Nya.” ( Qs. Al-Maidah :
18 )
Bahkan mereka
menyakini bahwa mereka tercipta dari unsur-unsur Allah sedangkan manusia selain
bangsa Yahudi mereka yakini berasal dari tanah setan atau tanah najis. Oleh
karena itu mereka menganggap dirinya sebagai bangsa pilihan yang layak memimpin
dunia, sedangkan bangsa-bangsa lainnya mereka yakini sebagai bangsa-bangsa budak
yang harus mengabdi kepada mereka. Bertolak dari pemikiran yang buruk ini
lahir-lah doktrin Zionisme dengan protokolatnya guna mewujudkan mimpi
orang-orang Yahudi.
وَقَالُواْ
لَن يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلاَّ مَن كَانَ هُوداً أَوْ نَصَارَى
“Mereka berkata : “Tidak akan pernah bisa masuk syurga kecuali orang-orang yang
beragama Yahudi atas Nashrani.” ( Qs. Al-Baqoroh : 111 )
Dalam ayat
yang lain Alloh menyatakan :
“Katakan : “Bila khusus hanya untuk kalian
saja negeri Akhirat yang ada di sisi Alloh, bukan untuk manusia yang lain, maka
inginkanlah kematian bila kalian memang orang-orang yang benar !” Mereka
sekali-kali tidak akan pernah menginginkan kematian itu selama-lamanya karena
kesalah-an-kesalahan yang telah mereka perbuat, dan Alloh Maha Mengetahui ter hadap
orang-orang yang berbuatan zhalim.” ( Qs. Al-Baqoroh : 94 – 95 )
Namun dalam
perkembangannya, agama Yahudi juga meyakini bahwa Alloh memiliki anak, yaitu
Uzair ( Ezra ). Uzair adalah seorang sholih yang hafal kitab Taurat, kemudian
Alloh mematikannya selama 100 ta-hun. Ketika dihidupkan kembali setelah
kematiannya itu, kitab Taurat te-lah musnah karena serbuan dari Bukhtunshir.
Maka Uzair membawa bukti akan keberadaan dirinya dengan memaparkan hafalan
Tauratnya. Ketika itulah uorang-orang Yahudi mengkultuskannya dengan anggapan,
kalau Nabi Musa datang kepada mereka
membawa Taurat dalam bentuk kitab maka ia diyakini sebagai Rosul utusan Alloh,
sedangkan Uzair datang membawa Taurat dengan tanpa kitab, yaitu hanya dengan
hafalannya, ma ka Uzair lebih , lalu
mereka me-yakini Uzair lebih tinggi kedudukannya daripada Musa sebagai anak Alloh, dan mereka pun
menyembahnya. Ada pun Uzair berlepas diri dari perbuatan syirik kaum Yahudi (
Bani Isroil ).[ ’Abdulloh A. Darwanto ]
B.
Konsep
Ketuhanan Agama Nasrani
Agama Nashrani atau yang sekarang lebih dikenal dengan
sebutan agama Kristen adalah salah satu agama yang mengaku ngaku monotheisme,
namun dalam kenyataannya ajaran Kristen adalah polytheisme, yaitu ketika kita
melihat konsep aqidah mereka yang dikenal dengan Trinitas atau Tritunggal.
Agama Katholik adalah agama Kristen yang paling tua.
Katholik sendiri berarti orang-orang umum, karena mereka mengaku-aku sebagai
induk segala gereja dan penyebar missi satu-satunya di dunia. Disebut pu la
dengan Gereja Barat atau Geraja Latin, karena mereka mendominasi Eropa Barat,
yaitu mulai dari Italia, Belgia, Prancis, Spanyol, Portugal dan lain-lainnya.
Disebut juga sebagai Gereja Petrus atau Kerasulan karena mereka mengaku-aku
bahwa yang membangun agama mereka adalah Petrus, murid Nabi ‘Isa yang paling
senior.
Agama Katholik meyakini bahwa Roh Qudus tumbuh dari Tuhan
Bapa dan Anak secara bersamaan. Mereka juga berkeyakinan bahwa Tu-han Bapa dan
Tuhan Anak memiliki kesempurnaan yang sama. Bahkan mereka meyakini bahwa Yesus
atau Tuhan Anak ikut bersama-sama dengan Tuhan Bapa mencipta langit dan bumi.
Adapun agama Ortodox yang disebut pula sebagai Gereja Timur
atau Gereja Yunani adalah agama Kristen yang menyempal dari Kristen Katholik
pada tahun 1054 M. Agama Ortodox meyakini bahwa Roh Qudus hanya tumbuh dari
Tuhan Bapa saja, dan mereka meyakini bahwa Tuhan Bapa lebih utama daripada
Tuhan Anak.
Sedangkan agama Protestan adalah pengikut Martin Luther
yang menyempal dari agama Katholik karena menganggap banyak hal yang tidak masuk
akal dari agama Katholik. Disebut Protestan karena sikap mereka yang memprotes
Gereja Lama atau kaum Katholik. Mereka menye-but dirinya dengan Gereja
Penginjil karena pengakuan mereka yang ha-nya mau mengikuti Injil semata.
Terkadang mereka disebut dengan Kris-ten saja. Agama Protestan di antara agama
yang melarang membuat patung dan gambar untuk disembah. Walaupun demikian,
mereka tetap meyakini ajaran trinitas yang intinya adalah Tuhan itu satu tetapi
terdiri dari tiga oknum.
Secara garis besarnya, agama Kristen meyakini bahwa Nabi
‘Isa atau Yesus adalah Anak Tuhan. Oleh karena itu murid-murid Yesus mereka
yakini sebagai Rasul. Bahkan Saulus atau Paulus atau Bulus, yaitu musuh besar
Nabi ‘Isa ? yang sangat bernafsu menangkap dan menyalib Nabi ‘Isa serta banyak
menyiksa dan menangkapi para pengikut Nabi ‘Isa juga ikut diyakini sebagai
Rasul. Hal ini karena tipu dayanya yang mengatakan kepada orang-orang Nashrani
bahwa dia mendapat wahyu dari Yesus untuk meneruskan ajarannya dan Yesus
menamainya dengan Bulus. Padahal tidak ada seorang nabi pun yang memiliki masa
lalu yang kelam, yaitu mantan musuh Allah dan Rasul-Nya. Tipu daya Saulus
semakin sempurna dengan menyusupkan orang-orangnya ke dalam deretan rohaniawan
Kristen, seperti Lukas dan lain-lainnya. Melalui orang-orangnya ini akhirnya
Saulus berhasil merubah Injil dan memasukkan faham trinitas ke tengah-tengah
umat Nashrani.
Dalam sejarah ketuhanan kaum Nashrani, penuhanan Yesus baru
dilakukan pada akhir Abad II Masehi. Kemudian pada Konsili di Necea tahun 325
Tuhan Anak disejajarkan dengan Tuhan Bapa. Selanjutnya pa- da Abad III Roh
Qudus dipertuhankan. Pada konsili di Ephese Bunda Ma ria disejajarkan dengan
Trinitas oleh penganut Katholik. Begitulah sejarah ketuhanan dalam agama
Kristen.
C.
Konse Ketuhanan Agama Hindu
Konsep
ketuhanan yang paling banyak dipakai adalah monoteisme (terutama dalam
Weda,
Agama Hindu Dharma dan
Adwaita
Wedanta), sedangkan konsep lainnya (ateisme, panteisme, henoteisme,
monisme, politeisme) kurang diketahui.
1. Monoteisme
Konsep
monoteisme tersebut dikenal sebagai filsafat
Adwaita
Wedanta yang berarti "tak ada duanya". Selayaknya konsep
ketuhanan dalam agama monoteistik lainnya, Adwaita Wedanta menganggap bahwa
Tuhan merupakan pusat
segala kehidupan di alam semesta, dan dalam agama Hindu, Tuhan dikenal dengan
sebutan
Brahmana.
Dalam keyakinan umat Hindu, Brahmana merupakan sesuatu yang tidak
berawal namun juga tidak berakhir. Brahman merupakan pencipta sekaligus pelebur
alam semesta. Brahman berada di mana-mana dan mengisi seluruh alam semesta.
Brahman merupakan asal mula dari segala sesuatu yang ada di dunia. Segala
sesuatu yang ada di alam semesta tunduk kepada Brahman tanpa kecuali. Dalam
konsep tersebut, posisi para dewa disetarakan dengan malaikat dan enggan untuk dipuja sebagai Tuhan tersendiri, melainkan
dipuji atas jasa-jasanya sebagai perantara Tuhan kepada umatnya.
Filsafat Adwaita Wedanta menganggap tidak ada yang setara dengan Brahmana, Sang
pencipta alam semesta. Dalam keyakinan umat Hindu, Brahmana hanya ada satu,
tidak ada duanya. Namun orang-orang bijaksana menyebutnya dengan berbagai nama
sesuai dengan sifatnya yang maha kuasa. Nama-nama kebesaran Tuhan kemudian
diwujudkan ke dalam beragam bentuk Dewa-Dewi, seperti misalnya: Wisnu, Brahma, Siwa, Laksmi, Parwati, Saraswati, dan lain-lain. Dalam Agama Hindu
Dharma (khususnya di Bali), konsep Ida Sang Hyang Widhi Wasa merupakan suatu bentuk monoteisme
asli orang Bali.
2.
Panteisme
Dalam salah satu Kitab Hindu yakni Upanishad, konsep yang ditekankan adalah panteisme. Konsep tersebut menyatakan bahwa Tuhan tidak memiliki wujud tertentu
maupun tempat tinggal tertentu, melainkan Tuhan berada dan menyatu pada setiap
ciptaannya, dan terdapat dalam setiap benda apapun,
ibarat garam pada air laut. Dalam agama Hindu, konsep
panteisme disebut dengan istilah Wyapi Wyapaka. Kitab Upanishad dari
Agama Hindu mengatakan bahwa Tuhan memenuhi alam semesta tanpa wujud tertentu,
beliau tidak berada di surga ataupun di dunia tertinggi namun berada pada setiap
ciptaannya.
3.
Ateisme
Agama Hindu diduga memiliki konsep ateisme (terdapat dalam ajaran Samkhya) yang dianggap positif oleh para teolog/sarjana dari Barat.
Samkhya merupakan ajaran filsafat tertua dalam agama Hindu yang
diduga menngandung sifat ateisme. Filsafat Samkhya dianggap tidak pernah membicarakan Tuhan
dan terciptanya dunia beserta isinya bukan karena Tuhan, melainkan karena pertemuan Purusha dan Prakirti, asal mula segala sesuatu yang
tidak berasal dan segala penyebab namun tidak memiliki penyebab. Oleh karena
itu menurut filsafat Samkhya, Tuhan tidak pernah campur tangan. Ajaran filsafat ateisme
dalam Hindu tersebut tidak ditemui dalam pelaksanaan Agama Hindu Dharma di Indonesia, namun ajaran filsafat tersebut (Samkhya) merupakan ajaran filsafat tertua di India. Ajaran ateisme dianggap sebagai
salah satu sekte oleh umat Hindu Dharma dan tidak pernah diajarkan di
Indonesia.
4.
Konsep
Lainnya
Di samping mengenal konsep monoteisme, panteisme, dan ateisme yang terkenal, para sarjana mengungkapkan bahwa terdapat
konsep henoteisme, politeisme, dan monisme dalam ajaran agama Hindu yang luas. Ditinjau dari berbagai
istilah itu, agama Hindu paling banyak menjadi objek penelitian yang hasilnya
tidak menggambarkan kesatuan pendapat para Indolog sebagai akibat berbedanya
sumber informasi.
Agama Hindu pada umumnya hanya mengakui sebuah konsep saja,
yakni monoteisme. Menurut pakar agama Hindu, konsep
ketuhanan yang banyak terdapat dalam agama Hindu hanyalah akibat dari sebuah
pengamatan yang sama dari para sarjana dan tidak melihat tubuh agama Hindu
secara menyeluruh[12]. Seperti misalnya, agama Hindu dianggap memiliki konsep
politeisme namun konsep politeisme sangat tidak dianjurkan dalam Agama Hindu Dharma dan bertentangan dengan ajaran
dalam Weda.
Meskipun banyak pandangan dan konsep Ketuhanan yang diamati
dalam Hindu, dan dengan cara pelaksanaan yang berbeda-beda sebagaimana yang
diajarkan dalam Catur Yoga, yaitu empat jalan untuk mencapai Tuhan, maka
semuanya diperbolehkan. Mereka berpegang teguh kepada sloka yang mengatakan:
“Jalan mana pun yang ditempuh manusia kepada-Ku, semuanya
Aku terima dan Aku beri anugerah setimpal sesuai dengan penyerahan diri mereka.
Semua orang mencariku dengan berbagai jalan, wahai putera Partha (Arjuna)”
D.
Konsep Ketuhanan Agama Budha
Perlu ditekankan bahwa Buddha bukan Tuhan. Konsep ketuhanan
dalam agama Buddha berbeda dengan konsep dalam agama Samawi dimana alam semesta
diciptakan oleh Tuhan dan tujuan akhir dari hidup manusia adalah kembali ke
sorga ciptaan Tuhan yang kekal.
“Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak
Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para
Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang
Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari
kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi
para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak
Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran,
penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.”
Ungkapan di atas adalah pernyataan dari Sang Buddha yang
terdapat dalam Sutta Pitaka, Udana VIII : 3, yang merupakan konsep Ketuhanan
Yang Mahaesa dalam agama Buddha. Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali
adalah Atthi Ajatam Abhutam Akatam
Asamkhatam yang artinya “Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan,
Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak”. Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Maha Esa
adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan
yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi dengan adanya Yang
Mutlak, yang tidak berkondisi (asankhata) maka manusia yang berkondisi
(sankhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan
cara bermeditasi.
Dengan membaca konsep Ketuhanan Yang Mahaesa ini, kita dapat
melihat bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah berlainan dengan
konsep Ketuhanan yang diyakini oleh agama-agama lain. Perbedaan konsep tentang
Ketuhanan ini perlu ditekankan di sini, sebab masih banyak umat Buddha yang
mencampur-adukkan konsep Ketuhanan menurut agama Buddha dengan konsep Ketuhanan
menurut agama-agama lain sehingga banyak umat Buddha yang menganggap bahwa
konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah sama dengan konsep Ketuhanan dalam
agama-agama lain.
Bila kita mempelajari ajaran agama Buddha seperti yang
terdapat dalam kitab suci Tipitaka, maka bukan hanya konsep Ketuhanan yang
berbeda dengan konsep Ketuhanan dalam agama lain, tetapi banyak konsep lain
yang tidak sama pula. Konsep-konsep agama Buddha yang berlainan dengan konsep-konsep
dari agama lain antara lain adalah konsep-konsep tentang alam semesta,
terbentuknya Bumi dan manusia, kehidupan manusia di alam semesta, kiamat dan
Keselamatan atau Kebebasan.
Di dalam agama Buddha tujuan akhir hidup manusia adalah
mencapai kebuddhaan (anuttara samyak sambodhi) atau pencerahan sejati
dimana batin manusia tidak perlu lagi mengalami proses tumimbal lahir.
Untuk mencapai itu pertolongan dan bantuan pihak lain tidak ada pengaruhnya.
Tidak ada dewa – dewi yang dapat membantu, hanya dengan usaha sendirilah
kebuddhaan dapat dicapai. Buddha hanya merupakan contoh, juru pandu, dan guru
bagi makhluk yang perlu melalui jalan mereka sendiri, mencapai pencerahan
rohani, dan melihat kebenaran & realitas sebenar-benarnya.
E.
Konsep Ketuhanan Agama Shinto
Shinto adalah agama kuno yang merupakan campuran dari
animisme dan dinamisme yaitu suatu kepercayaan primitif yang percaya pada
kekuatan benda, alam atau spirit. Tradisi Shinto juga mengenal beberapa nama
Dewa yang bagi Shinto bisa juga berarti Tuhan yang dalam bahasa Jepang disebut
dengan istilah Kami atau Kamisama.
Kamisama ini bersemayam atau hidup di berbagai ruang dan
tempat, baik benda mati maupun benda hidup. Pohon, hutan, alam, sungai, batu
besar, bunga sehingga wajib untuk dihormati. Penamaan Tuhan dalam kepercayaan
Shinto bisa dibilang sangat sederhana yaitu kata Kami ditambah kata benda.
Tuhan yang berdiam di gunung akan menjadi Kami no Yama, kemudian Kami no Kawa
(Tuhan Sungai), Kami no Hana (Tuhan Bunga) dan Dewa/Tuhan tertingginya adalah
Dewa Matahari (Ameterasu Omikami) yang semuanya harus dihormati dan dirayakan
dengan perayaan tertentu.
Jadi inti dari konsep Tuhan dalam kepercayaan Shinto adalah
sangat sederhana yaitu ”semua benda di dunia, baik yang bernyawa ataupun tidak,
pada hakikatnya memiliki roh, spirit atu kekuatan jadi wajib dihormati” .
konsep ini memiliki pengaruh langsung didalam kehidupan masyarakat
Jepang.Misalnya seperti, seni Ikebana atau merangkai bunga yang berkembang
pesat di Jepang karena salahsatunya dilandasi konsep Shinto tentang Spirit atau
Tuhan yang bersemayam pada bunga serta tumbuhan yang harus dihormati.
Agama Shinto terdiri dari empat kelompok yaitu :
a. Imperial
Shinto (Kyūchū Shinto atau Koshitsu Shinto)
Shinto
kelompok ini sangat eksklusif dan tidak umum ditemukan. Memiliki beberapa kuil
saja yang kalau tidak salah 5 buah di seluruh negeri. Nama kuil ini biasanya
berakhir dengan nama Jingu, misalnya Heinan Jingu, Meiji Jingu, Ise Jingu dll.
Kuil Shinto kelompok ini selain berfungsi sebagai tempat untuk memuja Kami juga
berfungsi sebagai tempat memuja leluhur khususnya keluarga kerajaan.
b. Folk
Shinto (Minzoku Shinto)
Mithyologi
tentang Kojiki, cerita terbentuknya pulau Jepang dan cerita tentang dewa dewa
lain adalah ciri khas dari Shinto kelompok ini. Jadi Folk Shinto adalah
kepercayaan Shinto yang meliputi cerita tua, legenda, hikayat dan cerita
sejarah. Kuil Kibitsu Jinja yang terletak di daerah Okayama, Jepang tengah
adalah salah satu contoh menarik karena dibangun untuk menghormati tokoh utama
dalam cerita rakyat yaitu Momo Taro. Disamping itu Shinto kelompok ini juga
mendapat pengaruh yang kuat dari agama Buddha, Konfucu, Tao dan ajaran penduduk
local seperti Shamanism, praktek penyembuhan dll.
c. Sect
Shinto (Kyoha atau Shuha Shinto)
Shinto
kelompok ini mulai muncul pada abad ke 19 dan sampai saat ini memiliki kurang
lebih 13 sekte. Dua diantara sekte ini yang cukup banyak pengikutnya adalah
Tenrikyo atau Kenkokyo. Keberadaan dari Sect Shinto ini cukup unik karena
memiliki ajaran, doktrin, pemimpin atau pendiri yang dianggap sebagai nabi dan
yang terpenting biasanya menggolongkan diri dengan tegas sebagai penganut
monotheisme. Shinto golongan ini sepertinya jarang dibahas ataupun kurang
dikenal oleh kebanyakan orang. (asing) sehingga konsep monotheisme dari Shinto
aliran baru nyaris luput dari tulisan kebanyakan orang
d. Shrine
Shinto (Jinja Shinto)
Saat ini
hampir sebagian besar dari kuil yang ada di Jepang termasuk kelompok ini, yang
semuanya tergabung dalam satu organisasi besar yaitu Association of Shinto
Shrines. yang menghimpun sekitar 80 ribuan kuil di seluruh negeri. Kebanyakan
orang Jepang hanya membutuhkan tempat untuk berdoa namun di lain pihak tidak
mau terikat dengan ajaran atau doktrin tertentu. Jadi sepertinya dari semua
kelompok Shinto yang ada, kelompok terakhir inilah yang sepertinya paling mudah
untuk diterima serta paling banyak pengikutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Bunce, William K. 1995. Religion in
Japan (Buddhism, Shinto, Christianity). Charles E. Tuttle Company: Rutland.§
http://www.jref.com/glossary/shinto_traditions.shtml
diakses tanggal 14 Mei 2010§
http://en.wikipedia.org/wiki/Shinto_(pop_culture)
diakses tanggal 14 Mei 2010§
http://dian-masniari.blogspot.com/2010/06/pengaruh-shinto-terhadap-pemikiran.html