Rabu, 11 April 2012

Konsep Ketuhanan Agama Yahudi, Nasrani, Budda, Hindu,dan shinto


A.    Konsep Ketuhanan Agama Yahudi
Konsep ketuhanan agama yahudi secara ketat didasarkan pada Unitarian monoteisme. Doktrin ini mengekspresikan kepercayaan kepada satu Tuhan. Konsep tuhan yang mengambil beberapa bentuk (misalnya Trinitas) dianggap bida’ah dalam Judaisme. Dalam doa secara utuh dalam hal mendefinisikan Tuhan adalah Shema Yisrael, awalnya muncul di dalam Alkitab Ibrani: "Dengarkan O Israel, Tuhan adalah Allah kita, Tuhan adalah satu", juga diterjemahkan sebagai "Dengarkan O Israel, Tuhan kami adalah Allah, Tuhan adalah yang tunggal "
Allah disini disusun sebagai zat yang kekal, pencipta alam semesta, dan sumber moralitas. Allah mempunyai kuasa untuk campur tangan di dunia. Istilah Allah sehingga terkait dengan kenyataan sebenarnya, dan bukan hanya proyeksi dari jiwa manusia. Allah dijelaskan dalam pengertian seperti: "Ada satu Zat, sempurna dalam segala cara, yang merupakan penyebab utama dari semua keberadaan. Semua tergantung pada keberadaan Allah dan semua berasal dari Allah. "
Namun, benarkah pengakuannya itu ? Pada kenyataannya umat Yahudi termasuk kaum musyabbihah, yaitu kaum yang me-nyerupakan Allah dengan makhluk, sebagaimana tersebut dalam Kitab Taurat pada Kitab Kejadian Fasal I :
“Alloh berkata : “Kami telah membuat manusia berdasarkan bentuk Kami, seperti serupaan dari Kami.”
Sehingga apa saja yang bisa terjadi pada manusia, bisa pula dialami oleh Alloh. Bahkan dalam keyakinan orang-orang Yahudi, Alloh bisa menga-lami keletihan dan kecapaian sehingga perlu beristirahat, sebagaimana ter sebut dalam Taurat pada Kitab Kejadian Fasal II :
“Alloh menyelesaikan pekerjaan yang Dia kerjakan pada hari yang ke-7, kemudian Di beristirahat di hari ke-7 dari seluruh pekerjaan yang Dia ker jakan.”
Demikian umat Yahudi meyakini tentang Allah SWT, yaitu dengan keyakinan model kaum musyabbihah. Maha Suci dan Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka sifatkan.
Bahkan tidak hanya meyakini keserupaan Alloh dengan makhluk, mereka pun mensifati Allah ta’ala dengan sifat-sifat yang tidak layak ba-gi Allah, seperti : kikir, miskin, bisa diperdaya dan lain-lain. Sebagaimana firman Allah SWT :
وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ
“Orang-orang Yahudi berkata :“Tangan Allah terbelenggu ( yakni kikir ) ( Qs. Al-Maidah : 64 )
Dalam tafsir dari ‘Ikrimah, Qotadah, As-Sudi, Mujahid, Adh-Dhohhak, Ibnu ‘Abbas dan lain-lainnya mengatakan :
“Mereka tidak memaksudkan dengan perkataan mereka itu bahwa tangan Alloh terikat, tetapi mereka hendak mengatakan : “Kikir, menahan apa yang ada di sisi-Nya. Maha tinggi Alloh dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang besar.”
Maka Alloh pun membantah ucapan mereka dalam firmannya QS. Al-Maidah : 64
“Tangan mereka itu sebenarnya yang terbelenggu, dan mereka dilaknat atas apa yang mereka telah katakan. Bahkan kedua tangan-Nya terben-tang, Dia menafkahkan sebagaimana yang Dia kehendaki.”( Qs. Al-Maidah : 64 )
Dalam ayat yang lain Alloh berfirman :
لَقَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ وَ نَحْنُ أَغْنِيَاءُ
“Sesungguhnya Alloh telah mendengar perkataan orang-orang yang me-reka berkata : “Sesungguhnya Alloh itu faqir ( miskin ) dan kami inilah yang kaya.” ( Qs. Ali ‘Imron : 181 )
Berkata Ibnu Jarir Ath-Thobari : “Ayat ini dan ayat setelahnya turun  berkenaan dengan sebagian orang Yahudi yang ada pada zaman Nabi.  
Yaitu mereka mengatakan demikian karena Allah SWT dalam banyak ayat memerintakan manusia untuk berinfaq. Lalu muncullah anggapan jelek orang-orang Yahudi yang terkenal kikir, bahwa Allah itu miskin sehingga butuh kepada harta manusia. Ini adalah alasan yang paling jelek untuk menolak berinfaq, dan lebih jauh lagi adalah alasan untuk menolak masuk ke dalam agama Islam.
Begitulah orang-orang Yahudi yang tidak hanya menyamakan Alloh dengan makhluk, tetapi juga mensifati Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak, bahkan menghina Allah SWT. Namun pada saat yang sama, mereka mengaku sebagai kekasih Alloh !!!
وَقَالَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى نَحْنُ أَبْنَاء اللّهِ وَأَحِبَّاؤُهُ
“Orang-orang Yahudi dan Nashrani berkata : “Kami adalah anak-anak Alloh dam kekasih-kekasih-Nya.” ( Qs. Al-Maidah : 18 )
Bahkan mereka menyakini bahwa mereka tercipta dari unsur-unsur Allah sedangkan manusia selain bangsa Yahudi mereka yakini berasal dari tanah setan atau tanah najis. Oleh karena itu mereka menganggap dirinya sebagai bangsa pilihan yang layak memimpin dunia, sedangkan bangsa-bangsa lainnya mereka yakini sebagai bangsa-bangsa budak yang harus mengabdi kepada mereka. Bertolak dari pemikiran yang buruk ini lahir-lah doktrin Zionisme dengan protokolatnya guna mewujudkan mimpi orang-orang Yahudi.
وَقَالُواْ لَن يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلاَّ مَن كَانَ هُوداً أَوْ نَصَارَى
“Mereka berkata : “Tidak akan pernah bisa masuk syurga kecuali orang-orang yang beragama Yahudi atas Nashrani.” ( Qs. Al-Baqoroh : 111 )
Dalam ayat yang lain Alloh menyatakan :
“Katakan : “Bila khusus hanya untuk kalian saja negeri Akhirat yang ada di sisi Alloh, bukan untuk manusia yang lain, maka inginkanlah kematian bila kalian memang orang-orang yang benar !” Mereka sekali-kali tidak akan pernah menginginkan kematian itu selama-lamanya karena kesalah-an-kesalahan yang telah mereka perbuat, dan Alloh Maha Mengetahui ter hadap orang-orang yang berbuatan zhalim.” ( Qs. Al-Baqoroh : 94 – 95 )
Namun dalam perkembangannya, agama Yahudi juga meyakini bahwa Alloh memiliki anak, yaitu Uzair ( Ezra ). Uzair adalah seorang sholih yang hafal kitab Taurat, kemudian Alloh mematikannya selama 100 ta-hun. Ketika dihidupkan kembali setelah kematiannya itu, kitab Taurat te-lah musnah karena serbuan dari Bukhtunshir. Maka Uzair membawa bukti akan keberadaan dirinya dengan memaparkan hafalan Tauratnya. Ketika itulah uorang-orang Yahudi mengkultuskannya dengan anggapan, kalau Nabi Musa  datang kepada mereka membawa Taurat dalam bentuk kitab maka ia diyakini sebagai Rosul utusan Alloh, sedangkan Uzair datang membawa Taurat dengan tanpa kitab, yaitu hanya dengan hafalannya, ma ka Uzair lebih  , lalu mereka me-yakini Uzair lebih tinggi kedudukannya daripada Musa  sebagai anak Alloh, dan mereka pun menyembahnya. Ada pun Uzair berlepas diri dari perbuatan syirik kaum Yahudi ( Bani Isroil ).[ ’Abdulloh A. Darwanto ]

B.     Konsep Ketuhanan Agama Nasrani
Agama Nashrani atau yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan agama Kristen adalah salah satu agama yang mengaku ngaku monotheisme, namun dalam kenyataannya ajaran Kristen adalah polytheisme, yaitu ketika kita melihat konsep aqidah mereka yang dikenal dengan Trinitas atau Tritunggal.
Agama Katholik adalah agama Kristen yang paling tua. Katholik sendiri berarti orang-orang umum, karena mereka mengaku-aku sebagai induk segala gereja dan penyebar missi satu-satunya di dunia. Disebut pu la dengan Gereja Barat atau Geraja Latin, karena mereka mendominasi Eropa Barat, yaitu mulai dari Italia, Belgia, Prancis, Spanyol, Portugal dan lain-lainnya. Disebut juga sebagai Gereja Petrus atau Kerasulan karena mereka mengaku-aku bahwa yang membangun agama mereka adalah Petrus, murid Nabi ‘Isa yang paling senior.
Agama Katholik meyakini bahwa Roh Qudus tumbuh dari Tuhan Bapa dan Anak secara bersamaan. Mereka juga berkeyakinan bahwa Tu-han Bapa dan Tuhan Anak memiliki kesempurnaan yang sama. Bahkan mereka meyakini bahwa Yesus atau Tuhan Anak ikut bersama-sama dengan Tuhan Bapa mencipta langit dan bumi.
Adapun agama Ortodox yang disebut pula sebagai Gereja Timur atau Gereja Yunani adalah agama Kristen yang menyempal dari Kristen Katholik pada tahun 1054 M. Agama Ortodox meyakini bahwa Roh Qudus hanya tumbuh dari Tuhan Bapa saja, dan mereka meyakini bahwa Tuhan Bapa lebih utama daripada Tuhan Anak.
Sedangkan agama Protestan adalah pengikut Martin Luther yang menyempal dari agama Katholik karena menganggap banyak hal yang tidak masuk akal dari agama Katholik. Disebut Protestan karena sikap mereka yang memprotes Gereja Lama atau kaum Katholik. Mereka menye-but dirinya dengan Gereja Penginjil karena pengakuan mereka yang ha-nya mau mengikuti Injil semata. Terkadang mereka disebut dengan Kris-ten saja. Agama Protestan di antara agama yang melarang membuat patung dan gambar untuk disembah. Walaupun demikian, mereka tetap meyakini ajaran trinitas yang intinya adalah Tuhan itu satu tetapi terdiri dari tiga oknum.
Secara garis besarnya, agama Kristen meyakini bahwa Nabi ‘Isa atau Yesus adalah Anak Tuhan. Oleh karena itu murid-murid Yesus mereka yakini sebagai Rasul. Bahkan Saulus atau Paulus atau Bulus, yaitu musuh besar Nabi ‘Isa ? yang sangat bernafsu menangkap dan menyalib Nabi ‘Isa serta banyak menyiksa dan menangkapi para pengikut Nabi ‘Isa juga ikut diyakini sebagai Rasul. Hal ini karena tipu dayanya yang mengatakan kepada orang-orang Nashrani bahwa dia mendapat wahyu dari Yesus untuk meneruskan ajarannya dan Yesus menamainya dengan Bulus. Padahal tidak ada seorang nabi pun yang memiliki masa lalu yang kelam, yaitu mantan musuh Allah dan Rasul-Nya. Tipu daya Saulus semakin sempurna dengan menyusupkan orang-orangnya ke dalam deretan rohaniawan Kristen, seperti Lukas dan lain-lainnya. Melalui orang-orangnya ini akhirnya Saulus berhasil merubah Injil dan memasukkan faham trinitas ke tengah-tengah umat Nashrani.
Dalam sejarah ketuhanan kaum Nashrani, penuhanan Yesus baru dilakukan pada akhir Abad II Masehi. Kemudian pada Konsili di Necea tahun 325 Tuhan Anak disejajarkan dengan Tuhan Bapa. Selanjutnya pa- da Abad III Roh Qudus dipertuhankan. Pada konsili di Ephese Bunda Ma ria disejajarkan dengan Trinitas oleh penganut Katholik. Begitulah sejarah ketuhanan dalam agama Kristen.

C.    Konse Ketuhanan Agama Hindu
Konsep ketuhanan yang paling banyak dipakai adalah monoteisme (terutama dalam Weda, Agama Hindu Dharma dan Adwaita Wedanta), sedangkan konsep lainnya (ateisme, panteisme, henoteisme, monisme, politeisme) kurang diketahui.
1.      Monoteisme
Konsep monoteisme tersebut dikenal sebagai filsafat Adwaita Wedanta yang berarti "tak ada duanya". Selayaknya konsep ketuhanan dalam agama monoteistik lainnya, Adwaita Wedanta menganggap bahwa Tuhan merupakan pusat segala kehidupan di alam semesta, dan dalam agama Hindu, Tuhan dikenal dengan sebutan Brahmana.
Dalam keyakinan umat Hindu, Brahmana merupakan sesuatu yang tidak berawal namun juga tidak berakhir. Brahman merupakan pencipta sekaligus pelebur alam semesta. Brahman berada di mana-mana dan mengisi seluruh alam semesta. Brahman merupakan asal mula dari segala sesuatu yang ada di dunia. Segala sesuatu yang ada di alam semesta tunduk kepada Brahman tanpa kecuali. Dalam konsep tersebut, posisi para dewa disetarakan dengan malaikat dan enggan untuk dipuja sebagai Tuhan tersendiri, melainkan dipuji atas jasa-jasanya sebagai perantara Tuhan kepada umatnya.
Filsafat Adwaita Wedanta menganggap tidak ada yang setara dengan Brahmana, Sang pencipta alam semesta. Dalam keyakinan umat Hindu, Brahmana hanya ada satu, tidak ada duanya. Namun orang-orang bijaksana menyebutnya dengan berbagai nama sesuai dengan sifatnya yang maha kuasa. Nama-nama kebesaran Tuhan kemudian diwujudkan ke dalam beragam bentuk Dewa-Dewi, seperti misalnya: Wisnu, Brahma, Siwa, Laksmi, Parwati, Saraswati, dan lain-lain. Dalam Agama Hindu Dharma (khususnya di Bali), konsep Ida Sang Hyang Widhi Wasa merupakan suatu bentuk monoteisme asli orang Bali.
2.      Panteisme
Dalam salah satu Kitab Hindu yakni Upanishad, konsep yang ditekankan adalah panteisme. Konsep tersebut menyatakan bahwa Tuhan tidak memiliki wujud tertentu maupun tempat tinggal tertentu, melainkan Tuhan berada dan menyatu pada setiap ciptaannya, dan terdapat dalam setiap benda apapun, ibarat garam pada air laut. Dalam agama Hindu, konsep panteisme disebut dengan istilah Wyapi Wyapaka. Kitab Upanishad dari Agama Hindu mengatakan bahwa Tuhan memenuhi alam semesta tanpa wujud tertentu, beliau tidak berada di surga ataupun di dunia tertinggi namun berada pada setiap ciptaannya.
3.      Ateisme
Agama Hindu diduga memiliki konsep ateisme (terdapat dalam ajaran Samkhya) yang dianggap positif oleh para teolog/sarjana dari Barat. Samkhya merupakan ajaran filsafat tertua dalam agama Hindu yang diduga menngandung sifat ateisme. Filsafat Samkhya dianggap tidak pernah membicarakan Tuhan dan terciptanya dunia beserta isinya bukan karena Tuhan, melainkan karena pertemuan Purusha dan Prakirti, asal mula segala sesuatu yang tidak berasal dan segala penyebab namun tidak memiliki penyebab. Oleh karena itu menurut filsafat Samkhya, Tuhan tidak pernah campur tangan. Ajaran filsafat ateisme dalam Hindu tersebut tidak ditemui dalam pelaksanaan Agama Hindu Dharma di Indonesia, namun ajaran filsafat tersebut (Samkhya) merupakan ajaran filsafat tertua di India. Ajaran ateisme dianggap sebagai salah satu sekte oleh umat Hindu Dharma dan tidak pernah diajarkan di Indonesia.
4.      Konsep Lainnya
Di samping mengenal konsep monoteisme, panteisme, dan ateisme yang terkenal, para sarjana mengungkapkan bahwa terdapat konsep henoteisme, politeisme, dan monisme dalam ajaran agama Hindu yang luas. Ditinjau dari berbagai istilah itu, agama Hindu paling banyak menjadi objek penelitian yang hasilnya tidak menggambarkan kesatuan pendapat para Indolog sebagai akibat berbedanya sumber informasi.
Agama Hindu pada umumnya hanya mengakui sebuah konsep saja, yakni monoteisme. Menurut pakar agama Hindu, konsep ketuhanan yang banyak terdapat dalam agama Hindu hanyalah akibat dari sebuah pengamatan yang sama dari para sarjana dan tidak melihat tubuh agama Hindu secara menyeluruh[12]. Seperti misalnya, agama Hindu dianggap memiliki konsep politeisme namun konsep politeisme sangat tidak dianjurkan dalam Agama Hindu Dharma dan bertentangan dengan ajaran dalam Weda.
Meskipun banyak pandangan dan konsep Ketuhanan yang diamati dalam Hindu, dan dengan cara pelaksanaan yang berbeda-beda sebagaimana yang diajarkan dalam Catur Yoga, yaitu empat jalan untuk mencapai Tuhan, maka semuanya diperbolehkan. Mereka berpegang teguh kepada sloka yang mengatakan:
“Jalan mana pun yang ditempuh manusia kepada-Ku, semuanya Aku terima dan Aku beri anugerah setimpal sesuai dengan penyerahan diri mereka. Semua orang mencariku dengan berbagai jalan, wahai putera Partha (Arjuna)

D.    Konsep Ketuhanan Agama Budha
Perlu ditekankan bahwa Buddha bukan Tuhan. Konsep ketuhanan dalam agama Buddha berbeda dengan konsep dalam agama Samawi dimana alam semesta diciptakan oleh Tuhan dan tujuan akhir dari hidup manusia adalah kembali ke sorga ciptaan Tuhan yang kekal.
“Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.”
Ungkapan di atas adalah pernyataan dari Sang Buddha yang terdapat dalam Sutta Pitaka, Udana VIII : 3, yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama Buddha. Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah Atthi Ajatam Abhutam Akatam Asamkhatam yang artinya “Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak”. Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asankhata) maka manusia yang berkondisi (sankhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi.
Dengan membaca konsep Ketuhanan Yang Mahaesa ini, kita dapat melihat bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah berlainan dengan konsep Ketuhanan yang diyakini oleh agama-agama lain. Perbedaan konsep tentang Ketuhanan ini perlu ditekankan di sini, sebab masih banyak umat Buddha yang mencampur-adukkan konsep Ketuhanan menurut agama Buddha dengan konsep Ketuhanan menurut agama-agama lain sehingga banyak umat Buddha yang menganggap bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah sama dengan konsep Ketuhanan dalam agama-agama lain.
Bila kita mempelajari ajaran agama Buddha seperti yang terdapat dalam kitab suci Tipitaka, maka bukan hanya konsep Ketuhanan yang berbeda dengan konsep Ketuhanan dalam agama lain, tetapi banyak konsep lain yang tidak sama pula. Konsep-konsep agama Buddha yang berlainan dengan konsep-konsep dari agama lain antara lain adalah konsep-konsep tentang alam semesta, terbentuknya Bumi dan manusia, kehidupan manusia di alam semesta, kiamat dan Keselamatan atau Kebebasan.
Di dalam agama Buddha tujuan akhir hidup manusia adalah mencapai kebuddhaan (anuttara samyak sambodhi) atau pencerahan sejati dimana batin manusia tidak perlu lagi mengalami proses tumimbal lahir. Untuk mencapai itu pertolongan dan bantuan pihak lain tidak ada pengaruhnya. Tidak ada dewa – dewi yang dapat membantu, hanya dengan usaha sendirilah kebuddhaan dapat dicapai. Buddha hanya merupakan contoh, juru pandu, dan guru bagi makhluk yang perlu melalui jalan mereka sendiri, mencapai pencerahan rohani, dan melihat kebenaran & realitas sebenar-benarnya.

E.     Konsep Ketuhanan Agama Shinto
Shinto adalah agama kuno yang merupakan campuran dari animisme dan dinamisme yaitu suatu kepercayaan primitif yang percaya pada kekuatan benda, alam atau spirit. Tradisi Shinto juga mengenal beberapa nama Dewa yang bagi Shinto bisa juga berarti Tuhan yang dalam bahasa Jepang disebut dengan istilah Kami atau Kamisama.
Kamisama ini bersemayam atau hidup di berbagai ruang dan tempat, baik benda mati maupun benda hidup. Pohon, hutan, alam, sungai, batu besar, bunga sehingga wajib untuk dihormati. Penamaan Tuhan dalam kepercayaan Shinto bisa dibilang sangat sederhana yaitu kata Kami ditambah kata benda. Tuhan yang berdiam di gunung akan menjadi Kami no Yama, kemudian Kami no Kawa (Tuhan Sungai), Kami no Hana (Tuhan Bunga) dan Dewa/Tuhan tertingginya adalah Dewa Matahari (Ameterasu Omikami) yang semuanya harus dihormati dan dirayakan dengan perayaan tertentu.
Jadi inti dari konsep Tuhan dalam kepercayaan Shinto adalah sangat sederhana yaitu ”semua benda di dunia, baik yang bernyawa ataupun tidak, pada hakikatnya memiliki roh, spirit atu kekuatan jadi wajib dihormati” . konsep ini memiliki pengaruh langsung didalam kehidupan masyarakat Jepang.Misalnya seperti, seni Ikebana atau merangkai bunga yang berkembang pesat di Jepang karena salahsatunya dilandasi konsep Shinto tentang Spirit atau Tuhan yang bersemayam pada bunga serta tumbuhan yang harus dihormati.
Agama Shinto terdiri dari empat kelompok yaitu :
a.       Imperial Shinto (Kyūchū Shinto atau Koshitsu Shinto)
Shinto kelompok ini sangat eksklusif dan tidak umum ditemukan. Memiliki beberapa kuil saja yang kalau tidak salah 5 buah di seluruh negeri. Nama kuil ini biasanya berakhir dengan nama Jingu, misalnya Heinan Jingu, Meiji Jingu, Ise Jingu dll. Kuil Shinto kelompok ini selain berfungsi sebagai tempat untuk memuja Kami juga berfungsi sebagai tempat memuja leluhur khususnya keluarga kerajaan.
b.      Folk Shinto (Minzoku Shinto)
Mithyologi tentang Kojiki, cerita terbentuknya pulau Jepang dan cerita tentang dewa dewa lain adalah ciri khas dari Shinto kelompok ini. Jadi Folk Shinto adalah kepercayaan Shinto yang meliputi cerita tua, legenda, hikayat dan cerita sejarah. Kuil Kibitsu Jinja yang terletak di daerah Okayama, Jepang tengah adalah salah satu contoh menarik karena dibangun untuk menghormati tokoh utama dalam cerita rakyat yaitu Momo Taro. Disamping itu Shinto kelompok ini juga mendapat pengaruh yang kuat dari agama Buddha, Konfucu, Tao dan ajaran penduduk local seperti Shamanism, praktek penyembuhan dll.
c.       Sect Shinto (Kyoha atau Shuha Shinto)
Shinto kelompok ini mulai muncul pada abad ke 19 dan sampai saat ini memiliki kurang lebih 13 sekte. Dua diantara sekte ini yang cukup banyak pengikutnya adalah Tenrikyo atau Kenkokyo. Keberadaan dari Sect Shinto ini cukup unik karena memiliki ajaran, doktrin, pemimpin atau pendiri yang dianggap sebagai nabi dan yang terpenting biasanya menggolongkan diri dengan tegas sebagai penganut monotheisme. Shinto golongan ini sepertinya jarang dibahas ataupun kurang dikenal oleh kebanyakan orang. (asing) sehingga konsep monotheisme dari Shinto aliran baru nyaris luput dari tulisan kebanyakan orang
d.      Shrine Shinto (Jinja Shinto)
Saat ini hampir sebagian besar dari kuil yang ada di Jepang termasuk kelompok ini, yang semuanya tergabung dalam satu organisasi besar yaitu Association of Shinto Shrines. yang menghimpun sekitar 80 ribuan kuil di seluruh negeri. Kebanyakan orang Jepang hanya membutuhkan tempat untuk berdoa namun di lain pihak tidak mau terikat dengan ajaran atau doktrin tertentu. Jadi sepertinya dari semua kelompok Shinto yang ada, kelompok terakhir inilah yang sepertinya paling mudah untuk diterima serta paling banyak pengikutnya.


DAFTAR PUSTAKA
Bunce, William K. 1995. Religion in Japan (Buddhism, Shinto, Christianity). Charles E. Tuttle Company: Rutland.§

 http://www.jref.com/glossary/shinto_traditions.shtml diakses tanggal 14 Mei 2010
§

 http://en.wikipedia.org/wiki/Shinto_(pop_culture) diakses tanggal 14 Mei 2010
§
http://dian-masniari.blogspot.com/2010/06/pengaruh-shinto-terhadap-pemikiran.html

2 komentar:

Unknown mengatakan...

ijin copy admin, untuk tugas.
Jazakillahu khayran,
barokallahu fiikum

Unknown mengatakan...

ijin copy admin, untuk tugas.
Jazakillahu khayran,
barokallahu fiikum